Setiap kita tentunya pernah melihat kupu-kupu dengan sayap yang indah? Terbang melayang-layang di taman dengan gaya yang menawan. Semua dari kita pasti suka apalagi anak-anak, disamping sayapnya yang indah dan gerak-geriknya yang menawan juga member manfaat bagi tanaman yang diisinggahinya. Kupu-kupu membantu mempertemukan serbuk sari dengan kepalaputik yang siap untuk menjadi buah.
Tapi sadarkah kita sebelum menjadi kupu-kupu, ia hanyalah seekor ulat bulu yang menjijikkan. Setiap kita menyentuh akan gatal-gatal dan kulitpun menjadi merah. Penampakkan juga tidak menarik bahkan membuat orang berupaya untuk membinasakannya. Tidak memberikan satu manfaatpun bagi tanaman, malah dedaunan yang disinggahinya menjadi tidak karuan karena dimakan oleh sang ulat.
Dalam fikiran kita ulat memang menyebalkan dan tak pantas ada di taman di mana terdapat tanaman yang indah, hanya merusak pemandangan saja. Cuma ulat tidak tinggal diam pada masanya ulat merubah dirinya menjadi kepompong. Dalam kepompong ulat melakukan metamorfosis menjadi kupu-kupu indah, menawan dan bermafaat.
Jika proses metamorfosa pada ulat ini diterjemahkan ke dalam kehidupan manusia, maka saat dimana manusia dapat menjelma menjadi insan yang jauh lebih indah, momen yang paling tepat untuk terlahir kembali adalah ketika bulan Ramadhan.
Bila kita masuk ke dalam ‘kepompong’ Ramadhan, lalu segala aktivitas kita cocok dengan ketentuan-ketentuan “metamorfosa” dari Allah, niscaya akan mendapatkan hasil yang mencengangkan, meningkatkan kualitas menjadi Insan mulia, yang beriman dan bertaqwa, yang memiliki akhlak yang indah dan mempesona. Allah maha kasih dan sayang pada ummatnya, disediakannya satu bulan penuh bagi kita untuk memperbaiki diri di mana setan dibelenggu dan amalan dilipatgandakan-Nya.
Dan tentunya kita bukanlah ulat yang baru memberikan manfaat setelah menjadi kupu-kupu. Puasanya kita merupakan sarana perbaikan dan sekaligus latihan beramal. Dalam puasa kita tidaklah bertapa berdiam diri, tapi ladang amal yang luar biasa, dalamnya amalan sunah dinilai dengan amalan wajib, amalan wajib dilipatgandakan, bahkan pahala puasanya sendiri Allah langsung yang akan menilai dengan kehendak-Nya. Dan ternyata hikmah dari ibadah Ramadhan adalah melatih diri agar kita dapat mengendalikan hawa nafsu.
Selama ini mungkin kita merasa kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu. Mengapa? Karena selama ini pada diri kita terdapat pelatihan lain yang ikut membina hawa nafsu kita ke arah yang tidak disukai Allah. Siapakah pelatih itu? Dialah syetan laknatullah, yang sangat aktif mengarahkan hawa nafsu kita. Akan tetapi memang itulah tugas syetan.
Apalagi seperti halnya hawa nafsu, syetan pun memiliki dimensi yang sama dengan hawa nafsu yakni kedua-duanya sama-sama tak terlihat Kepompong atau Metamorfosis ramadhan memang luar biasa, sebuah fasilitas dari Allah untuk ummat-Nya.
Mari kita pergunakan Ramadhan ini sebagai sarana perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup kita, jangan sampai disia-siakan. Semoga Allah Yang Maha Menyaksikan senantiasa melimpahkan inayah-Nya sehingga setelah ‘kepompong’ Ramadhan ini kita masuki, kita kembali pada ke-fitrian bagaikan bayi yang baru lahir.
Sebagaimana seekor ulat bulu yang keluar menjadi seekor kupu-kupu yang teramat indah dan mempesona, amiin. (by Hendro Cahyono)